CORPEN #1 BITTER SUGAR





BITTER SUGAR

Disebuah café, tepatnya di meja tengah ruangan itu duduklah seorang pria dengan kaos putih yang dibalut kemeja polos berwarna hitam. Lengkap dengan jam tangan dilengan kirinya kacamata yang menggantung di hidungnya dan sepatu convers favoritnya. Pria itu tengah menunggu seorang gadis yang baru-baru ini diperkenalkan pada dirinya dari seorang teman.

Pertemuan pertama yang mendebarkan, bisa dibilang ini adalah salah satu dari banyaknya kencan buta yang pria itu pernah lakukan. Sekian lama ia menutup hati sebab terlalu banyak gagal pada kencan yang dulu, tapi kini ia mencoba keluar dari zona nyamannya. Sungguh ia tak habis fikir dengan tindakannya saat ini, kalau bukan karena paksaan tak mungkin dia mau melakukan ini.

Lama pria itu menunggu dan hingga saat ini gadis itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Pria itu berkali-kali menengok kearah pintu café yang selalu mengeluarkan bunyi lonceng jika pintu itu terbuka. Namun, bukan gadis itu yang datang.

Hingga pria itu merasa putus asa, seseorang berbicara dengan dia tepat saat pria itu hampir beranjak dari kursinya.

“Permisi, lo yang namanya Ibrahim?” tanya gadis itu.

Pria itu berhenti dan mulai mendongakkan kepalanya. Sesaat ia terpaku dengan gadis yang bertanya itu.

“Ibrahim kan?” tanya gadis itu lagi yang berhasil membuyarkan lamunan pria itu.

“Oh! I—iya gue Ibrahim,”

Gadis itu tersenyum, lalu mengulurkan tangannya “Hai, kenalin gue Alina,”

Ibrahim menjabat uluran tangan itu, sembari memperkenalkan dirinya sekali lagi “Silahkan duduk,” ucapnya.

“Udah lama disini?”

“Yaa..lumayanlah,”

Sorry tadi kerjaaan gue banyak banget dan harus diselesaiin sekarang,” kalimat panjang pertama yang keluar dari mulut gadis itu.

It’s okey,

“Udah pesen minum belum?”

Ibrahim menggeleng.

“Permisi mas!” panggil gadis itu sopan pada seorang waiters.

“Iya kak, ada yang bisa saya bantu,”

“Bisa minta buku menunya mas?”

“Oh iya ini kak,”

“Lo suka minuman yang mana?” tanya gadis itu pada Ibrahim sembari menatapnya lekat.

“Aaa…emmm coffe latte?”

“Mas coffe latte satu, sama matcha latte-nya satu,”

“Ada tambahan lagi kak?”

“Ngga, udah itu aja,”

“Baik, mohon ditunggu sebentar ya kak,”

Gadis itu mengangguk dan waiters tersebut pergi untuk menyiapkan pesanan mereka.

“Jadi…”

“Ya?” sahut gadis itu.

“Gimana hari lo?”

“Yaa… not bad lah, capek sih tapi ngga segitu capek. Lo sendiri?”

Obrolan mereka berjalan sesuai arus, obrolan demi obrolan keluar dari mulut mereka. Dari saling mengenal satu sama lain, membahas pekerjaan, hingga hampir mengarah ke TMI dan obrolan itu terus berlanjut ditemani latte pesanan mereka.

Sampai pada akhirnya, pertemuan mereka berlanjut di jam makan malam. Keduanya memutuskan untuk pergi ke tempat makan rekomendasi dari Alina. Dengan menaiki mobil Ibrahim, mereka meluncur ke tempat makan tersebut. Bukan restoran mewah atau rumah makan. Alina membawanya ke streetfood yang dipenuhi orang-orang kelaparan.

“Selamat datang di surganya streetfood,” seru Alina usai mereka turun dari mobil “Mau makan apa kita?”

“Gue ikut rekomendasi dari lo,”

“Emm…malem-malem gini jangan makan yang berat deh kayaknya. Gimana kalau kita makan ketoprak aja?”

Ibrahim terkekeh usai mendengar rekomendasinya.

“Kenapa?”

“Ngga…yaudah kita kesana,” ajak Ibrahim sembari menunjuk lokasi si penjual ketoprak.

Mereka pun jalan beriringan ke tempat tujuan mereka, memesan makanan, menunggunya sambil mengobrol, menyantap makanan itu sambil sesekali mengobrol, lalu pulang usai menghabiskannya. Ini kencan buta pertama setelah sekian lama, tapi terasa begitu lancar bahkan tak ada kecanggungan sama sekali. Rasanya hal manis ini sulit untuk diakhiri.

“Hari ini cukup seru, thank you,” ucap Alina saat mereka beranjak pulang.

“Sama-sama,” sahut Ibrahim “Udah malem, gue anter pulang?”

“No, makasih. Buat hari ini emang seru, tapi gue rasa ini akan jadi pertemuan pertama dan terakhir,”

“Kenapa?”

Alina tersenyum “Gue udah berusaha mencoba, tapi ternyata hati gue mati rasa,” ucapnya.

Ibramim tertohok dengan ungkapan gadis didepannya. Namun, yang keluar dari wajahnya hanya sebuah senyum. Malam ini begitu manis, sangat manis hingga tak ada yang tau bahwa terlalu manis akan jadi terlalu pahit.

 

Sekian dan terimakasih



Salam sunjabi_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CORETAN GABUT #2

PENGANUT BIAS IS MINE